Rabu, 14 Mei 2014

DESKRIPSI DIRI DAN PENGALAMAN LINGKUNGAN

Nama saya Yoana Puspita Sari. Saya dilahirkan di Jakarta 20 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 27 Agustus 1993. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan jenjang sarjana Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Institut Pertanian Bogor.

Secara kepribadian, saya termasuk seseorang dengan karakter plegmatis yang cinta damai, mudah bergaul, tenang, peduli, rasa humor yang tinggi, kuat di bidang administrasi dan cenderung ingin segalanya terorganisasi. Karakter plegmatis memang memiliki kelemahan diantaranya terlalu pemalu dan senang menunda-nunda pekerjaan. Namun, hal tersebut bisa saya atasi dalam diri saya. Sifat yang terlalu pemalu perlahan mulai menghilang seiring dengan berperannya saya di bidang drama musikal. Beberapa drama musikal yang pernah saya bintangi yaitu "Snow White and Seven Minnies" dan "Si Pitung Jagoan Betawi" yang kemarin baru saja meraih juara I SPIRIT 2014. Sifat menunda-nunda suatu pekerjaan tidak ada dalam diri saya karena saya telah dididik oleh orangtua saya yang berasal dari militer untuk disiplin dan tepat waktu sebelum semua pekerjaan menumpuk dan menyusahkan diri sendiri nantinya.



Hobi olahraga yang sangat saya sukai adalah berenang, sebab dengan berenang, tubuh dan pikiran menjadi ringan seketika. Hobi lainnya adalah menata kembali ruangan setiap sebulan sekali untuk menghindari kejenuhan.
Sekian deskripsi diri saya, yuk lanjut dengan pengalaman saya dengan lingkungan!

Bulan Januari 2014 lalu, mahasiswa dan mahasiswi Biokimia 48 mengadakan fieldtrip ke Pulau Dewata, Bali. Salah satu tempat yang menarik adalah Lagoon BTDC. Lagoon BTDC (Bali Tourism Development Corporation) merupakan tempat pengolahan limbah cair (toilet, kamar mandi, kolam renang, pendingin ruangan, laundry, cuci piring, dapur, dan sebagainya) yang berasal dari  hotel-hotel di areal BTDC Nusa Dua. Limbah cair ini disalurkan menuju Lagoon dan diolah dengan menggunakan Waste Stabilization Pond – pengendapam, oksidasi dan filtering – yang kemudian menghasilkan air recycle (daur ulang)  yang siap digunakan untuk  menyiram tanam-tanaman dan rumput di taman-taman di sekitar hotel maupun lapangan golf. Kolam BTDC banyak ditabur ikan mujair yang dimanfaatkan sebagai indikator biologis utuk mengetahui perubahan kualitas air.


Setelah mengunjungi Lagoon BTDC, saya dan teman-teman Biokimia 48 berkunjung ke Tanjung Benoa, yang disana terdapat penangkaran penyu. Untuk sampai ke tempat penangkaran penyu tersebut, kami harus menyeberangi lautan menggunakan Glass Bottom Boat. Selama kurang lebih 15 menit, kami diajak berkeliling dan menikmati keindahan laut dan keberagaman jenis ikan laut yang dapat diamati dari dasar kapal motor yang terbuat dari kaca submarine.


Tengah perjalanan kami menuju tempat penangkaran penyu atau yang biasa disebut Pulau Penyu, kami diperbolehkan memberi makan untuk ikan yang berada di sekitar laut dengan bekal roti yang kami bawa. Tapi, sayang sekali, sepertinya para turis lain yang berkunjung tidak memperhatikan makanan apa yang dapat dicerna oleh ikan-ikan tersebut, sehingga makanan yang diberikan secara asal malahan merusak laut indah ini :(


Setibanya kami di Pulau Penyu, Tanjung Benoa, saya dan teman-teman langsung menyambangi tempat dimana penyu tersebut dikembangbiakkan. Penyu usianya bisa mencapai 100 tahun atau lebih loh! Untuk penyu muda, pihak pengelola setempat menempatkannya di kandang yang terbuat dari semen. Untuk penyu yang sudah berumur, ditempatkan di tempat khusus di kandang luas yang penuh dengan air untuk penyu tersebut berendam. Ini dia penyu muda yang dipegang oleh Meilina, salah satu sahabatku di Biokimia! Bobot penyu muda ini bisa mencapai 15 kilo loh!

Setelah mengunjungi para penyu muda, saya dan teman-teman mengunjungi induknya. Disinilah induknya ditempatkan!
Kalau penyu muda bobotnya 15 kilo, induk penyu tersebut bobotnya bisa 80 kg lebih! Pihak pengelola memperbolehkan pengunjung untuk memberi makan induk penyu tersebut dengan roti dan beberapa sayuran. Hijriana dan Tuti, memberanikan diri memberi penyu tersebut roti. :D
Selain penyu, Pulau Penyu juga menangkarkan iguana, ular, dan beberapa aneka unggas. Pengunjung diperbolehkan berfoto bersama hewan tersebut.
Dezika, Ayu, saya, Rizka, Tuti, dan Lastri berfoto bersama burung Rajawali. Wah, semoga saya dan teman-teman dapat berkontribusi dalam menjaga keindahan lingkungan dan hewan-hewan yang patut untuk dilindungi.
Sekian cerita dan pengalaman saya dengan lingkungan alam yang begitu indahnya jika kita terus jaga dan lestarikan! :D





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar